Minggu, 21 Desember 2008

Sekolah Pagi Perlu Perhatikan Sarapan Siswa

Jakarta --- HakamNaja.blogspot.com --- Memajukan jam pelajaran sekolah dari pukul 07.00 menjadi pukul 06.30 perlu memperhatikan sarapan pagi bagi siswa. Sebab sarapan penting guna memenuhi kebutuhan energi dan gizi bagi siswa saat mengikuti pelajaran di sekolah.

“Tentu saja sarapan penting untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi bagi siswa saat mengikuti pelajaran di sekolah. Tanpa itu mereka akan lemah daya serapnya terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru,” kata Wakil Ketua Komisi VIII (Bidang Kesra) A Hakam Naja kepada HakamNaja.blogspot.com, di Jakarta Senin (22/12/2008).

Pernyataan Hakam Naja tersebut mengingatkan pada kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memajukan jam pelajaran sekolah dari pukul 07.00 menjadi pukul 06.30. Memang ada yang berpendapat bahwa kebijakan pemerinatah untuk memajukan jam pelajaran bagi siswa akan mengancam kualitas pertumbuhan anak karena minimnya energi dan gizi yang diperoleh siswa.

Bahkan ada yang menyarankan agar pemerintah tidak memajukan jam pelajaran jadi lebih pagi, karena akan mengganggu proses tumbuh kembang anak. Untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, ada baiknya jam masuk kantor yang dimundurkan. Sebab di banyak negara, jam pelajaran justru dimulai pada pukul 08.00.

Menurut politisi dari Partai Amanat Nasional ini, idealnya menu sarapan mampu memenuhi 25 persen dari total kebutuhan energi dan gizi anak usia sekolah. Hal ini hanya bisa terpenuhi jika menu sarapan bergizi dan seimbang, yaitu mengandung hidrat arang, protein, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat gizi lainnya.

Karena itu, jika tidak makan pagi, daya konsentrasi anak juga akan menurun karena gula darahnya akan turun. Oleh karena itu, kerja otak membutuhkan gula darah dan oksigen. ”Yang menjadi masalah, banyak siswa makan pagi seadanya, bahkan baru makan pada siang hari,” keluh Hakam.

Menurut Hakam banyak orang tua yang kurang paham terhadap asupan gizi yang perlu diberikan kepada anak pada pagi hari. Banyak orangtua memilih cara praktis dengan memberi uang jajan sekolah bagi anak. Padahal, jajanan sekolah tidak terjamin kebersihannya dan asupan gizinya tidak lengkap. Sebagai contoh, pisang goreng dan lemper hanya mengandung karbohidrat saja. (hn.bs)

Tidak ada komentar: