Minggu, 21 Desember 2008

Pelaksanaan Haji Kacau, Penentuan Kepala TUH Perlu Fit and Proper

Jakarta --- HakamNaja.blogspot.com --- Pelaksanaan ibadah haji tahun ini cukup ironis. Kalau tahun sebelumnya para jamaah haji kita yang berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah, akan selalu bangga karena bisa mencium Hajar Aswat setelah berdesak-desakan, berebut dalam ribuan jamaah. Namun sekarang ungkapan itu tidak begitu mengemuka. Yang ada sekarang adalah pertanyaan di antara jamaah tentang berapa kali sudah ke Masjidil Haram untuk sholat disana dan melihat Ka’bah.

”Sehingga yang ditanya oleh Anggota Komisi VIII sebagai Tim Pengwas Haji, sudah berapa kali pak bisa ke Masjidil Haram, sholat dan nglihat Ka’bah. Karena itu penentuan Kepala Teknis Urusan Haji (TUH) dilakukan dengan fit and proper mengingat cakupan pekerjaan sangat berat,” tutur Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI A Hakam Naja kepada HakamNaja.blogspot.com, Senin (22/12/2008).

Menurut Hakam, pertanyaan itu dilontarkan karena banyak jamaah haji yang tinggal di daerah Sauqiah, dan Kaqiyah, sekitar 12 Km dari Masjidil haram. Biasanya para jamaah pun dengan wajah lesu mengatakan bahwa mereka telah tinggal 8 hari, bahkan ada yang 12 hari dan mereka rata rata baru dua kali ke Masjidil Haram.

Daerah Sauqiah, Kaqiah merupakan daerah pemukiman baru yang jauh dari Masjidil Haram. Sarana dan prasarana yang ada disanapun masih sangat terbatas. Seperti sarana transportasi, air dan dukungan pemukiman seperti pasar dan warung juga masih sangat minim. Kondisi di dalam pemondokan/pemukiman sendiri masih banyak kekurangan seperti terbatasnya kamar mandi dan WC, air yang sangat terbatas, lift yang tidak berfungsi dengan baik dsb.

Jauhnya pemondokan para jamaah Haji tahun 2008 ini telah menimbulkan banyak masalah, seperti transportasi, kesehatan jamaah. Menurut Hakam Naja, masalah pemondokan jamaah haji tahun 2008 ini, pemerintah telah menyimpang dari kesepakatan dengan Komisi VIII. Kesepakatan yang ada 50 persen berada di Ring I yang berjarak kurang lebih 0 sampai dengan 3 atau 4 Km dan 50 persen lainya berada di Ring II.

”Kenyataannya jamaah yang berada di Ring I hanya 18 persen dan di Ring II sebanyak 82 persen. Hal demikian juga terjadi di Madinah dengan komposisi 60:40 persen untuk yang berada di Markaziah,” papar Hakam.

Hakam juga menambahkan, ironisnya lagi sudah tidak sesuai dengan kesepakatan karena jauh, kondisi pemondokan jamaah juga sangat menyedihkan, terjadi pemadatan. Yang seharusnya satu kamar dihuni 8 jamaah, di pemodokan sektor Matatoh Bank nomor 433, satu kamar ditempati 11 bahkan lebih. Ditambah lagi ada satu kamar mandi dan wc di pemondokan itu juga yang dimanfaatkan untuk 36 jamaah. ”Saya katakan saat itu, ini sangat keterlaluan ” tutur Hakam Naja mengingatkan ketika usai melihat kondisi jamaah.

Padahal pemondokan ini telah ditinjau Komisi VIII sebelum pelaksanaan haji, dan dijanjikan akan diperbaiki karpet dan plafonnya. Namun saat Komisi VIII melihat gedung itu lagi sama sekali tidak ada perbaikan. Kondisi pemondokan jamaah sangat menyedihkan karena tidak memenuhi standart.

Untuk itu Komisi VIII berharap agar jamaah yang sewaktu di Mekah berada jauh dari Masjidil Haram dapat diprioritaskan untuk mendapatkan pemondokan yang dekat dengan Masjid Nabawi, sewaktu mereka itu tiba di Madinah.

Dari segi katering sewaktu di arofah masih ditemukan adanya jamaah yang mengantri sangat panjang karena kurangyna meja makan. Idealnya untuk 3000 jamaah harus disiapkan 10 atau 8 meja namun yang ada di maktab 65 hanya ada 6 meja demikian di maktab 13 untuk jamaah kloter 16 Medan. Hal ini telah menyebabkan tersendatnya pelayanan makan di arofah.

Selain masalah antri makanan, Hakam menceritakan bahwa Tim Pengawas Haji DPR yang berkeliling ke maktab-maktab juga menemukan bahwa rata-rata kemah jamaah haji di Arofah tidak menyala listriknya. Sehingga para jamaah tidak bisa membaca Alquran. Menurut penjelasan Muasasah bahwa tidak adanya lampu di perkemahan haji di Arofah karena takut kebakaran.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional ini mengungkapkan bahwa kasus pemondokan jauh dan carut marutnya transportasi tahun 2008 ini untuk level kebijakan sudah terlambat dan ada kesalahan. Sementara ada level operasional masih on going proses, sehingga diharapkan pemerintah dapat memberikan kompensasi bagi para jamaah dengan sisa waktu yang ada setelah puncak ibadah haji Armina selesai. Hakam minta ada perbaikan pelayanan di hari-hari akhir selama jamaah berada di Mekah maupun Madinah agar ada kesan manis yang dibawa pulang jamaah ke tanah air.

Hakam Naja mengusulkan agar dalam menetapkan Kepala Teknis Urusan Haji (TUH) dilakukan dengan fit and proper mengingat cakupan pekerjaan sangat berat untuk mengurus 210 ribu jamaah. Hakam Naja mmeminta BPKP dapat melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan ibadah haji tahun 2008 ini, selain itu DPR akan minta BPK untuk melakukan audit investigasi atas penyelangaaran haji. Sehingga akan fair. (hn.bs)

Tidak ada komentar: